Mengapa di tingkat SMA di Tuban sudah tidak diajarkan pelajaran Bahasa Jawa? Mengapa pelajaran Bahasa Jawa hanya diajarkan di tingkat SD dan SMP saja? Apakah pelajaran Bahasa Jawa sudah tidak penting lagi di kalangan pelajar SMA di Tuban?
Saya pernah bertanya pada teman saya tentang hal ini. Dan ia hanya menjawab, "Kita ini sudah SMA sebentar lagi kuliah dan bekerja. Bahasa yang sering dituntut untuk kita kuasai oleh instansi perusahaan nantinya adalah Bahasa Inggris, Jepang, atau mungkin saja Mandarin bukan Bahasa Jawa". Aku tidak setuju dengan pendapat tersebut, menurutku walau kita sudah bukan anak SD atau SMP lagi kita harus tetap menjunjung tinggi bahasa daerah kita atau istilah Bahasa Jawanya "nguri-uri". Memang banyak pelajar saat ini yang merasa bangga jika ia bisa menguasai bahasa asing dibanding dengan bahasa daerahnya sendiri. Kalau begitu, seberapa besar peranan Bahasa Jawa di dunia pendidikan Tuban?
Saya memiliki Opa (kakek) yang ditugaskan untuk bekerja di luar negeri dan sering berpindah-pindah. Setiap Opa saya berada di suatu negara, beliau selalu ditanyai oleh teman-temannya tentang asal negara dan daerahnya. Opa saya selalu menjawab kalau beliau berasal dari Indonesia. Teman-temannya pasti selalu bertanya lagi seperti ini, "Yang saya ketahui Indonesia itu memiliki berbagai macam bahasa daerah. Apakah kamu masih bisa bahasa daerahmu sendiri?" Tentu saja Opaku tidak akan malu-malu menjawab karena beliau masih bisa bahasa daerahnya, walaupun jarang berada di Indonesia. Teman-temannya selalu tercengang ketika mendengar beliau berbicara menggunakan bahasa daerah, bahkan ada yang meminta untuk diajari.
Maka dari itu, Opa selalu menasehatiku untuk selalu bisa bahasa daerah dimana aku tinggal, karena orang asing di sana sangat tertarik dengan berbagai macam bahasa yang ada di Indonesia. Opa juga pernah bilang, "Kalau kamu tidak bisa bahasa daerahmu sendiri, kamu pasti akan ditertawakan. Karena kamu mengakui kalu kamu Orang Indonesia dan berasal dari suatu daerah di Indonesia, tapi tidak bisa bahasa dari daerahmu sendiri". Aku memang bukan asli warga Tuban, aku pindah saat kelas V SD ke sini. Tapi aku selalu berusaha untuk belajar Bahasa Jawa mulai dari sejak aku pindah hingga saat ini. Walau yang ku bisa baru sedikit, tapi aku senang karena sudah dapat mengerti arti-arti perkataan dalam Bahasa Jawa. Sebelumnya aku sama sekali tidak mengerti jika diajak berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Jawa.
Banyak anak Tuban atau daerah Jawa lainnya yang saat ini tidak menggunakan Bahasa Krama (Bahasa Jawa halus) jika berbicara dengan orang tuanya. Hal ini sungguh tidak sopan. Ibuku pernah berkata, " Kalau kamu belum bisa Bahasa Jawa Krama, bicara dengan Bahasa Indonesia saja kepada orang yang lebih tua, jangan sampai menggunakan Bahasa Jawa Ngoko (Bahasa Jawa yang digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya), itu sungguh tidak sopan".
Memang di era globalisasi saat ini kita dituntut untuk bisa bahasa asing, agar tidak tertinggal dengan yang lainnya. Akupun tidak menyalahkan hal tersebut. Hanya saja kalau kita sudah menguasai bahasa asing tersebut, kita tidak boleh melupakan Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah kita. Karena hal tersebut menunjukkan jati diri kita sebagai Warga Negara Indonesia.
Jumat, 17 April 2009
Bahasa Jawa
Diposting oleh Birgitta's blog di 21.28
Label: MASA DEPANKU, SEKOLAHKU, TUBANKU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar